印度尼西亚总统2014年第12号决定书 : 关于撤销安培拉内阁主席团1967年6月28日 编号为SE-06/PRES.KAB/6/1967的传阅文件 (中印文对照) 基于独一无二的上帝的恩赐印度尼西亚共和国总统考虑到: A.安培 拉 内 阁 主 席 团1967年 6月 28日编号为 SE-06/PRES.KAB/6/1967的传阅文件,其内容主要是将“中国/中华”词语改为“支那”,在印尼民族中的华裔成员的社会关系上,造成了一种社会心理的歧视现象。 B.对某一个人、阶层、社群和种族的歧视性观点和行为,基本上来说违反了基本人权的价值、原则和维护,所以,也就违背了印度尼西亚共和国1945年宪法,基本人权法令和废除种族歧视法令。 C.由于如今跟中国的友好关系已经恢复,且双方的关系也日益密切,那么有必要恢复其原来正确的名称,即Re-publikRakyatTiongkok(中华人民共和国)为其国名。 D.当年制订1945年宪法时,宪法制定委员会并没有用“支那”词语,而是用“peranakanTionghoa,(华裔)”来称呼那些能够成为公民的其他种族;只要他们的地位和居住地是在印度尼西亚国土,承认印度尼西亚为其祖国并表现效忠于印度尼西亚共和国,正如印度尼西亚共和国一九四五年宪法第 26条第 1款的解释所描述的那样。 E.基于上述A条、B条、C条、D条的考虑,有必要颁布总统决定书,以撤销安培拉内阁主席团1967年6月28日编号为SE-06/PRES.KAB/6/1967的传阅文件。 鉴于: 1.印度尼西亚共和国一九四五年宪法第4条地1款、第26条第1和第3款、第27条第1款、第28B条第2款、第28D条第1款和第28I条第1和第2款; 2.关于基本人权的1999年第39号法令(1999年印度尼西亚共和国国家文献集第165号,国家文献集(续)第3886号); 3.关于印度尼西亚共和国公民法的2006年第12号法令(2006年国家文献集第63号,国家文献集(续)第4634号。 4.关于废除种族歧视的 2008年第40号法令(2008年国家文献集第 170号,国家文献集(续)第4919号); 5.关于废除种族歧视法的实施过程的监管措施的2010年第56号政府条例(2010年国家文献集第86号,国家文献集(续)第5143号)。决定第一:撤销安培拉内阁主席团1967年6月28日编号为SE-06/PRES.KAB/6/1967的传阅文件,并宣布从此无效。第二:随着这份总统决定书的生效,那么在政府展开的各项活动环节里,针对个人或社群所用的“Tjina/China/Cina(支那)”词语全部改为“Tionghoa中华”,而国家的名称也相应从“Republik Rakyat China”改为“Republik Rakyat Tiongkok中华人民共和国”。 第三:这份总统决定书从签字的日子起开始生效。 椰加达 2014年3月12日印度尼西亚共和国总统 (签名) DR.H.SUSILOBAMBANGYUDHOYONO符合原件的副本印度尼西亚共和国内阁秘书处政治、法律与治安部BistokSimbolon (diterjemahkanolehYayasanNabil) (引自2014-3-19印尼<国际日报>) Melalui Keppres No12/2014, Presiden SBY Ganti Istilah Cina dengan Tionghoa Oleh Desk Informasi Dengan pertimbangan istilah "Tjina" sebagaimana disebutkan dalam Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967, yang pada pokoknya merupakan pengganti istilah “Tionghoa/Tiongkok” telah menimbulkan dampak psikososial-diskriminatif dalam hubungan sosial warga bangsa Indonesia dari keturunan Tionghoa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 tentang pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera itu. Dalam Keppres yang ditandatangani pada 14 Maret 2014 itu, Presiden SBY menilai, pandangan dan perlakuan diskriminatif terhadap seorang, kelompok, komunitas dan/atau ras tertentu, pada dasarnya melanggar nilai, prinsip perlindungan hak asasi manusia. “Karena itu, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia, dan Undang-Undang tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis,” bunyi Menimbang poin b Keppres tersebut. Presiden juga menjelaskan, sehubungan dengan pulihnya hubungan baik dan semakin eratnya hubungan bilateral dengan Tiongkok, maka dipandang perlu sebutan yang tepat bagi negara People’s Republic of China dengan sebutan negara Republik Rakyat Tiongkok. Dalam diktum menimbang Keppres itu disebutkan, bahwa ketika UUD 1945 ditetapkan, para perumus UUD tidak menggunakan sebutan Cina melainkan menggunakan frasa peranakan Tionghoa bagi orang-orang bangsa lain yang dapat menjadi warga negara apabila kedudukan dan tempat tinggalnya di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, dan bersikap setia kepada negara Republik Indonesia. Karena itu, melalui Keppres No. 12/2014 tertanggal 14 Maret 2014 itu itu, Presiden SBY mencabut dan menyatakan tidak berlaku Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Selanjutnya, dengan berlakunya Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 itu, maka dalam semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, penggunaan istilah orang dari atau komunitas Tjina/China/Cina diubah menjadi orang dan/atau komunitas Tionghoa, dan untuk penyebutan negara Republik Rakyat China diubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok. “Keputusan Presiden ini berlaku mulai tanggal ditetapkan,” bunyi Keputusan Presiden yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 Maret 2014 itu. (Pusdatin/Setkab) |
由点达软件 提供技术支持